-->



Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

Home Layout Display

Posts Title Display


404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page


SUMATERA UTARA, WARTAONE.CO.ID - Tindakan dan Perlakuan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi yang menjewer serta mengusir pelatih atlet biliar, Coki Aritonang dinilai beberapa pengamat bahwa hal tersebut suatu tindakan arogansi dan tidak pantas sebagai Gubernur.


Perlakuan mantan Pangkostrad terhadap pelatih atlet itu pun membuat Ketua Umum Komite Independen Batak (KIB) Capt. Tagor Aruan kesal dan marah yang kemudian memutuskan untuk angkat bicara.




Menyikapi hal itu Tagor Aruan menyebutkan, sikap Edy Rahmayadi yang menghukum Coki Aritonang dengan menjewer dan mengusir dari pertemuan dinilai sangat bertentangan dengan motto yang selalu dikumandangkannya yakni 'Sumut Bermartabat'.


“Menurut catatan dari berbagai sumber, Sudah kesekian kalinya Edy Rahmayadi bertingkah emosial kepada masyarakat,” ujar dia.



Ditambahkan Aruan, dengan kejadian tindakan tersebut, semua dapat melihat Edy Rahmayadi tidak pantas disebut seorang Pemimpin dan itu saya nilai suatu tindakan barbar di era modern ini. Saat ini ada UU perlindungan terhadap masyarakat. Bahkan guru sekolahpun dapat dipidana apabila bertindak sewenang-wenang terhadap muridnya. 


Tindakan tersebut dapat disebut Penghinaan, Pelecehan, Penzoliman, Pembunuhan Karakter dan menimbulkan trauma yang berkepanjangan karena dilakukan didepan publik. Hal ini sepantasnya diselesaikan secara hukum.


Apalagi hal tersebut dilakukan oleh seorang Gubernur hanya karena Pelatih tersebut tidak tepuk tangan. Bahkan sekalipun pelatih tersebut tertidur, tidak pantas diperlakukan seperti itu. Apalagi hal tersebut dilakukan oleh seorang Gubernur. Saya pribadi, malu memiliki seorang Gubernur yang seperti itu. Jika seperti dia diberi kekuasaan yang lebih tinggi, bisa seperti Pemimpin Korea atau Hitler.


"Siapapun bahkan Presiden sekalipun tidak berhak memperlakukan seseorang seperti itu", berang Aruan.


"Hal ini dikhawatirkan sangat berdampak bagi atlit Billiar, para pendukung, simpatisan, fans, orangtua dan masyarakat luas. Padhal pada PON 20 di Papua yang lalu, cabang olah raga ini, cukup membanggakan karena berhasil menyumbangkan 15 mendali", tambahnya.


"Inilah yang yang disebut Orangtua yang tidak mengenal anak-anaknya", Pungkasnya. (Red)

Leave A Reply